Sufriadi Arif Putra Kelahiran Wajo, Jebolan Pondok Pesantren As’adiyah Jabat Wakil Ketua DPRD Sulsel
JEJAKNEWS.ID, Makassar, -Dalam sejarah DPRD Sulsel untuk pertama kalinya putra Wajo berhasil mengantarkan putra terbaiknya menduduki kursi Pimpinan DPRD Sulsel hasil pemilu 2024- 2029.
Politisi muda yang lahir pada tanggal 25/06/1984 ini berlatar belakang dunia pesantren sejak TK, SD hingga SMA. Jenjang pendidikan dari TK, SD (Ibtidaiyah) sampai SMP (Tsnawiyah) diselesaikan di Pondok Pesantren As’adiyah, Sengkang-Wajo. kemudian jenjang Sekolah Menengah Atas ia selesaikan di sebuah sekolah unggulan Kementrian Agama Pusat , MANPK Makassar.
Semangat untuk berjuang di dunia parlemen sejak kecil memang sudah dicita-citakannya. Ini tidak terlepas dari geneologi yang mengalir dalam tubuhnya.
Sosok yang sehari-hari akrab dengan panggilan UPPI ini, melalui orang tuanya, sejak kecil pada usia yang sangat belia, ia sudah sering diajak oleh orang tuanya keliling ke kampung-kampung, dari satu desa ke desa lainnya, dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya, dari satu Kabupaten ke Kabupaten lainnya dalam rangka memenuhi undangan dan kegiatan keagamaan dan non keagamaan masyarakat. Karena saat itu, memang undangan untuk orang tua saya sangat padat sekali, saking padatnya, banyak masyarakat.datang ke rumah untuk meminta waktunya beliau agar bisa menghadiri undangan masyarakat, meski masyarakat harus menyesuaikan waktunya orang tua saya yang penting orang tua saya bisa menghadiri kegiatan mereka.
Karena terlalu seringnya ikut kegiatan orang tua saya, saya bisa menyaksikan langsung setiap beliau ceramah dengan kemampuan ceramah yang sangat menyentuh dan menarik. Isi dan materi ceramahnya yang “hidup” dengan pola ceramah yang mampu menyesuaikan kondisi sosio-kultur masyarakat, sehingga membuat saya sejak itu bercita-cita akan seperti beliau di kelak hari. Kegiatan keagamaan dan non keagamaan yang beliau hadiri dan memberikan tausiah menjadi kenangan tersendiri yang hingga hari ini masih terngiang-ngiang di ingatan saya.
Salah satu yang saya perhatikan dalam setiap ceramahnya, kemampuan orang tua saya menjelaskan dengan referensi keislaman klasik-modern terkait hubungan atau relasi agama-negara, antara politik dan pengabdian keummatan, misalnya, menjadi catatan tersendiri, dan inilah yang kemudian menjadi pelecut saya untuk mengikuti jejaknya, yaitu berkeinginan menjadi bagian dari negara agar bisa memberikan kontribusi dan maslahat untuk umnat.
Putra ke 7 dari 8 bersaudara ini, dilahirkan dari seorang ayah, almarhum AG. KH Arif Hasan dengan pasangan Hj. Mursyidah, adalah seorang tokoh agama-kharismatik yang mumpuni keilmuannya, dan dikenal sangat sederhana dan bersahaja. AG Arif selain pernah menjadi pengasuh selama berpuluh tahun di Pondok Pesantren As’adiyah juga sempat menjabat sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama dan Legislator Kabupaten Wajo.
Politisi murah senyum ini, mengawali karir organisasinya sejak menginjakkan kakinya di Ibu Kota untuk melalanjutkan jenjang pendidikan S1 nya di Universitas Islam Negeri terbaik Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Ciputat-Jakarta dan saat ini telah menyelesaikan pendidikan S2 di Kampus UMI ( Universitas Muslim Indonesia) Ia mengawali karir organisasinya di berbaagai organisasi intra maupun ekstra kampus di antaranya, menjadi Presiden BEM UIN Ciputat, pengurus Pusat ( PB) PMII, Ketua Ikapermawa Jakarta, Pengurus Ansor Sulsel, Ketua Gerakan Muda Hanura (Gema Hanura), Pengurus IKAMI Sulsel.
Pria yang memiliki 5 putri ini, separuh usianya banyak dihabiskan di Ibukota dengan melakukan gerakan dan konsolidasi dengan para aktivis dan lintas organisasi untuk melakukan gerakan ekstra parlemen, mengkritisi kebijakan kampus, kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada masyarakat
Karena bertahun-tahun pola pikirnya tidak jauh jauh dari dunia gerakan ekstra parlemen sehingga membentuk karakter keras dan sikap konsistensi terhadap suatu persoalan yang dianggapnya tidak benar. Dan sampai saat ini sikap tersebut masih tetap terjaga tanpa harus terkontaminasi dan menggadaikan idealismenya.
Setelah bertahun-tahun terlibat aktif di dunia gerakan kampus dan ekstra parlemen, maka pada tahun 2014 ia coba memasuki dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai calon legislatif dari partai Hanura untuk dapil VIII Wajo-Soppeng, dan dewi fortuna belum berpihak pada saat itu. Begitu juga pada pemilu selanjutnya, 2019 melalui Partai PPP kembali mencalonkan diri dengan dapil yang sama, lagi-lagi dewi fortuna belum berpihak kepadanya, meskipun dua pemilu tersebut suara yang didapatkannya sangat signifikan, tapi tidak cukup memgantarkannya untuk menjadi perwakilan konstituen yang diwakilinya.
Dari dua pemilu tersebut tidak membuat ia patah arang, karena baginya pengabdian keummatan memang harus menapaki jalan terjal. Tidak ada perjuangan untuk kemaslahatan umat yang dengan mudah bisa diraih. Baginya berjuang dalam dunia politik sama halnya berjuang untuk memasrahkan diri, mengorbankan diri untuk sebuah pengabdian keummatan yang paripurna.